Seorang pemuda dari Pontianak nggak nyangka hidupnya bisa berubah cuma gara-gara scatter dari Sweet Bonanza yang muncul tiga hari berturut-turut. Awalnya cuma iseng-iseng ngilangin jenuh, eh malah dapet ide gila yang akhirnya bikin dia buka kedai kopi kecil di pinggiran kota. Dari layar ponsel ke cangkir kopi, transisinya memang nggak masuk akal, tapi real. Nggak ada teori ekonomi atau seminar bisnis, cuma momen yang datang bertubi-tubi dan dikonversi jadi langkah nyata.
Awalnya cuma pengen hiburan murah meriah. Sweet Bonanza, dengan segala warna-warni permen dan buah-buahannya, jadi pelarian dari rutinitas yang itu-itu aja. Tapi yang terjadi malah bikin kepala muter. Scatter-nya muncul nggak cuma sekali, tapi tiga kali berturut dalam tiga hari. Bukan cuma tentang angka yang masuk ke saldo, tapi ide yang muncul di kepala. “Gimana kalau buka kedai kopi aja ya?” Dan dari situ semua mulai terbentuk pelan-pelan.
Buat dia, kopi bukan sekadar minuman yang bikin melek. Tapi punya cerita dan rasa yang bisa jadi penghubung antar manusia. Jadi, dia nggak asal beli mesin kopi dan jualan sachet. Dia belajar tentang rasa, tentang bean, tentang cara menyeduh yang bener. Semua dari YouTube dan obrolan sama barista lokal. Dan semuanya itu berawal dari tiga hari yang luar biasa di Sweet Bonanza. Modalnya bukan cuma uang, tapi semangat dan rasa penasaran.
Nggak perlu kafe fancy atau lokasi di tengah kota. Dia pilih buka di pinggir jalan, tempat orang-orang lewat pas pagi berangkat kerja atau sore pulang cari angin. Meja cuma ada tiga, kursi seadanya. Tapi rasa? Nggak main-main. Semua disiapin serius. Bahkan dia sempet bilang, “Gue lebih siapin rasa daripada tempat.” Karena buat dia, kesan pertama itu ada di lidah, bukan di dinding.
Kalau cuma liat dari tampilannya, orang bisa mikir ini cuma permainan lucu. Tapi yang dia rasain beda. Ada semacam koneksi aneh yang muncul waktu scatter datang tiga hari berturut. Rasanya kayak dunia ngasih kode. Bukan cuma keberuntungan, tapi juga petunjuk. Dan dia tangkap itu. Kadang yang lo butuh bukan seminar atau mentor bisnis, tapi cuma kepekaan buat liat momen kecil yang bisa digedein.
Hari pertama, scatter muncul dan dia mikir, "Lumayan buat traktir temen." Hari kedua, muncul lagi dan dia mulai mikir, "Kok bisa ya?" Hari ketiga, scatter masih jatuh, dan di situ dia ngerasa ini bukan kebetulan. Di situ ide mulai numpuk, mulai riset, mulai buka catatan, dan mulai ngobrol ke sana kemari. Tiga hari itu jadi pemantik ide yang akhirnya nggak dia biarin jadi angan-angan doang.
Buka kedai kopi itu bukan hal gampang. Tapi dia nggak pakai nunggu modal gede atau investor. Modal utama dia adalah keberanian dan hasil dari tiga hari scatter. Dia cari meja bekas, mesin kopi second, dan mulai utak-atik resep sendiri. Dia jadi tukang racik, tukang promosi, sampai tukang bersih-bersih. Tapi semua itu dijalani tanpa beban, karena dia tahu ini awal dari hal besar.
Setiap cangkir kopi yang dia sajikan, ada cerita yang ikut mengalir. Tentang rasa manis dari Bonanza, tentang langkah nekat buka usaha, dan tentang semangat buat jalanin hidup dengan cara yang beda. Pelanggannya nggak cuma minum kopi, tapi juga dengerin cerita. Dan dari situ, kedainya pelan-pelan dikenal. Bukan cuma karena rasa, tapi karena vibe-nya yang beda.
Kalau dihitung-hitungan, mungkin idenya buka kedai kopi dari scatter Sweet Bonanza itu nggak masuk akal. Tapi hidup bukan soal angka doang. Kadang lo cuma butuh satu titik kecil buat mulai. Dan itu yang dia lakukan. Dia nggak terlalu mikir untung gede dulu. Dia pengen punya tempat yang bisa jadi rumah buat kopi dan cerita. Dan dari situ, semuanya mulai ngalir.
Siapa sangka, tiga hari scatter bisa jadi fondasi buat mimpi. Dari layar kecil ke dunia nyata, dari game ke kedai. Pemuda Pontianak ini buktiin kalau mimpi bisa datang dari mana aja. Yang penting, lo siap tangkap dan jalanin. Sekarang, setiap kali uap kopi naik dari cangkirnya, dia inget lagi titik awalnya. Bukan dari seminar, bukan dari warisan, tapi dari momen yang datang tiba-tiba, dan dijadikan awal dari sesuatu yang beda.